Perkembangan sepak bola di Indonesia
yang mulai membuka diri dengan kompetisi profesional mulai menemui ide
memunculkan kompetisi baru. PSSI berencana membuat kompetisi semi
profesional untuk lebih mengembangkan prestasi sepak bola Indonsia.
Dengan adanya Galatama, PSSI mempunyai dua kompetisi yang sama
levelnya. Perserikatan dianggap PSSI sebagai akar dari pembinaan sepak
bola di Indonesia, sedangkan Galatama adalah pohon kompetisi sepak bola
Indonesia. Perpaduan keduanya diharapkan memunculkan pemain heat untuk
timnas.
Galatama hanya berisi satu divisi saja.
Tapi pada tahun 1990, divisi dua dibuat sebagai ajang kompetisi antar
klub dengan kasta atas dan bawah. Hingga musim kompetisi 1982, PSSI
mengizinkan penggunaan pemain asing di pentas Galatama.
Dalam sejarah kompetisi ini, ada dua pemain Singapura yang kemudian
terkenal karena bermain di Indonesia, yakni Fandi Ahmad dan David Lee
yang memperkuat Niac Mitra Surabaya. Bersama Niac Mitra, Fandi Ahmad dan
David Lee berhasil membawa klubnya menjadi jawara di Galatama. Namun
setelah itu, duo Singapura itu harus keluar dari Indonesia karena adanya
regulasi larangan penggunaan pemain asing di Galatama.
Masa awal Galatama memang berjalan
dengan indah. Minat masyarakat sepak bola Indonesia cukup tinggi
sehingga mampu menyedot perhatian mereka di setiap pertandingan. Namun
di tengah-tengah minat yang tinggi itulah, klub-klub Galatama digerogoti
pengaturan skor yang dilakukan oleh para petaruh/penjudi.
Hal itu berakibat dengan adanya kasus suap pemain dan pengaturan
skor. Pamor Galatama dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Tidak
adanya pemain asing, lalu diperparah dengan adanya tudingan main mata
antar pengurus klub dan isu suap plus pengaturan skor membuat Galatama
ditinggalkan penonton. Klub pun banyak bertumbangan dan bangkrut.
Masalah lainnya adalah munculnya tren kerusuhan antar penonton yang
berimbas pada menurunya kualitas sepak bola Indonesia. Hal tersebut
diperparah dengan ketidaktegasan PSSI dalam mengusut kerusuhan yang
semakin marak di Indonesia.
Menjelang musim kompetisi 1993-1994, tak banyak klub-klub Galatama
yang bisa bertahan dari kesulitan finansial. Sungguh berbeda dengan
tim-tim Perserikatan yang masih bisa eksis karena ditopang dana APBD.
Untuk menyelamatkan klub-klub Galatama tersebut, PSSI akhirnya melakukan
sebuah revolusi dengan membuat sebuah kompetisi baru dengan
menggabungkan Perserikatan dengan Galatama yang dikenal dengan Liga
Indonesia pada tahun 1994.
0 komentar:
Posting Komentar